Sabtu, 03 September 2016


LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

STITEK Balik Diwa Makassar 
Tim Praktikum Ikhtiologi 

BAB I
LATAR BELAKANG

Dalam dunia ikan kita ketahui bahwa ada berbagai jenis spesies ikan baik yang ada di air tawar, payau, maupun laut. Pembedaan atau pengklasifikasian dari tiap jenis ikan tersebut dapat di bagi berdasarkan bentuk tubuh, makanan, habitat, struktur tubuhnya, dll. Dalam isi makalah ini kita akan membahas ciri-ciri morfologi dan system organ yang ada pada ikan pelagis khususnya ikan cakalang (Katsuwonus pelamis),
Dalam tubuh ikan terdapat urat daging yang tampak merupakan kesatuan yang tersusun dari komponen-komponen penyusunnya yang terdiri dari blok urat daging yang disebut myotomes dan kumpulan dari myotomes disebut myosepta. Urat daging ini tersebar di hampir seluruh bagian tubuh ikan dan untuk mengetahuinya di dalam makalah ini akan di lakukan pembedahan pada ikan cakalang tersebut.
Untuk mengamati bentuk dan letak bagian-bagian alat pencernaan pada beberapa golongan ikan, saluran pencernaan pada ikan di mulai dari mulut dan berakhir di anus. Secara umum alat-alat pencernaan pada ikan meliputi : mulut, rongga mulut, esofagus, lambung, pilorus, usus dan anus.
Sistem pernapasan pada ikan umumnya ialah dengan menggunakan insang. Namun, beberapa jenis ikan ada yang termasuk kedalam ikan diploid (bernapas dengan paru-paru seperti ikan paus, dan lumba-lumba). Dan sebagian jenis ikan memiliki alat pernapasan tambahan seperti labyrinth pada ikan gabus dan beberapa jenis ikan air tawar lainnya selain itu juga ada aborenchent pada ikan lele dan alat pernapasan tambahan lain seperti kulit, dll. 
Sistem urogenetalia merupakan kombinasi dari sistem urinaria (ekskresi) dan sistem genetalia (reproduksi). Sistem urinaria meliputi pembuangan sisa hasil metabolisme baik melalui usus dan kulit maupun melalui alat ekskresi khususnya ginjal. Sistem genetalia (reproduksi)yaitu system perkembangbiakan atau proses dihasilkannya spesies-spesies atau generasi baru. Sistem urogenitalia yang dibahas khusus  mengenai system reproduksi pada ikan cakalang.
Dari uraian diatas maka dianggap perlu dilakukan praktikum sehingga kita dapat mengetahui lebih dalam lagi mengenai ikan khususnya mengenai morfometrik, sistem urat daging, sistem pernafasan, sistem pencernaan dan sistem urogenitalia (reproduksi) pada ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) .


 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Cakalang
Klasifikasi ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), menurut Nontji (2005) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
  Filum : Chordata
                            Kelas : Pisce
                              Ordo : Perciformes
                                 Famili : Scombrida
Genus : Katsuwonus
   Spesies : K. pelamis

 
 
Gambar 1. Morfologi ikan cakalang (K. pelamis)
(Sumber: Andheryanti, 2008)


2.2. Morfologi
Ikan cakalang termasuk kedalam jenis ikan tuna, famili scombridae, spesies K. Pelamis. Burhanuddin (2008), menjelaskan ciri-ciri morfologi cakalang yaitu tubuh berbentuk fusiform, memanjang dan agak bulat, tapis insang (gill rakes) berjumlah 53-63 pada helai pertama, mempunyai 2 sirip puggung yang terpisah. Pada sirip punggung yang pertama terdapat 14-16 jari-jari keras, jari-jari lemah pada sirip punggung yang kedua diikuti oleh 7-9 finlet. Sirip dada pendek terdapat dua flops diantara sirip perut. Sirip anal di ikuti dengan 7-8 finlet. Badan tidak bersisik kecuali pada barut badan (corselets) dan lateral line terdapat titik kecil. Bagian punggung berwarna biru kehitaman (gelap) disisi bawah dan perut keperakan, dengan 4-6 buah garis-garis berwarna hitam yang memanjang pada bagian samping badan. Ordo Percomorphi (Sub ordo: scombroidea), Famili Scombridae, Genus Rastrellinger.
Badan tidak begitu langsing, pendek, gepeng, tapisan ingsang halus, 29-34. pada bagian bawah busur insang pertama. Sisik pada garis rusuk 120-131. usus sangat panjang 3-3,4 kali panjang badan. Sirip punggung pertama berjari-jari keras 10-11, sedang sirip punggung kedua berjari-jari lemah 12-13. sirip dubur berjari-jari lemah 12. dibelakang sirip punggug, dubur terdapat 5 jari-jari lepas (finlet). Pemakan plankton halus. Hidup lebih mendekati pantai, membentuk gerombolan besar. Dapat mencapai panjang 30 cm, umumnya 15-20 cm. warna biru kehijauan bagian atas, putih perak bagian bawah. Totol-totol hitam pada bagian punggung (diatas garis rusuk). Sirip punggung pertama kuning keabuan, dengan pinggiran gelap. Sirip dada, perut kuning maya-maya, sedikit gelap, lain-lain sirip kekuningan (Murniyanti, 2003).
2.3. Morfometrik Ikan
Setiap ikan mempunyai ukuran yang berbeda-beda, tergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan lingkungan hidupnya. Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan diantaranya adalah makanan, pH, suhu, dan salinitas. Faktor-faktor tersebut baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan ikan. Dengan demikian, walaupun dua ekor ikan memiliki umur yang sama, namun ukuran mutlak diantara keduanya dapat saling berbeda. Ukuran ikan adalah jarak antara suatu bagian tubuh dengan bagian tubuh lainnya (Irfan 2009).
Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan. Metode pengukuran standar ikan antara lain panjang standar, panjang moncong atau bibir, panjang sirip punggung atau tinggi badan atau ekor (Rajabnadia, 2009).
2.4. Sistem Urat Daging
Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga urat daging yaitu urat daging bergaris, urat daging licin dan urat daging jantung. Urat daging bergaris diseluruh tubuh ikan terdiri dari kumpulan urat daging pada kepala ikan. Urat daging licin terletak pada usus, arteri mata, dan pada saluran ekskresi. Sedangkan urat daging jantung berwarna merah tua dengan kontraksi otot bersifat involuntary (tidak dibawah rangsangan otak), pada sistem urat daging juga yang menarik adalah organ listrik pada beberapa ikan yang ada pada vertebrata lainnya tidak ada (Yasin, 1990).
Urat daging pada ikan tampak merupakan kesatuan, sebenarnya tersusun dari komponen-komponen penyusunnya, blok urat daging disebut myoteme dan kumpulan dari myteme disebut myosepta. Urat daging yang terdapat pada tubuh ikan terbagi oleh horizontal steletogeneus septum menjadi urat daging bagian atas (epxial) dan urat daging bagian bawah (hipaxial). Urat daging (otot) pada ikan tersebar hamper seluruh tubuhnya sehingga urat daging pada tubuh ikan mempunyai peranan, fungsi dan peranan yang sesuai dengan letak/posisi dan fungsinya dalam tubuh (Yusnaini, 2008).
Urat daging yang terdapat pada tubuh ikan terdiri atas kumpulan blok-blok urat daging. Tiap urat daging ini dinamakan myteme yang dilapisi oleh myoseptum. Urat daging yang menempel pada tubuh ikan sebelah kiri dan kanan dari kepala sampai ke batang ekor, myoteme tersusun menurut pola tertentu yang biasa menjadi dua tipe yaitu cyclostomine dan pisces (Rahardjo, 1980).
2.5. Sistem Pencernaan
Bagian-bagian saluran pencernaan berturut-turut dari suatu ikan adalah mulut, rongga mulut dimana didalamnya terdapat lidah yang melekat pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan oleh kelenjar lendir, yang mempunyai lidah dari rahang yang ditumbuhi gigi kecil yan berbentuk kerucut, faring merupakan pangkal tenggorokkan dan daerah insang, lambung sebagai lanjutan dari kerongkongan dan usus dari beberapa jenis ikan terdapat usus buntu yang berfungsi sebagai alat untuk memompa gas pada permukaan dinding lambung sehingga pencernaan dan penyerahan zat-zat makanan lebih sempurna, usus berbentuk seperti saluranyang panjang dan berliku-liku (Sugeng, 1992).
Sistem pencernaan ikan memiliki susunan dari mulut, rongga mulut, faring, esopagus, lambung, pilorus, usus dan anus. Fungsi utama dari pencernaan makanan adalah untuk menghancurkan makanan menjadi zat terlarut sehingga makanan tersebut mudah diserap dan kemudian digunakan dalam proses metabolism (Yusnaini, 2008).
Sistem pencernaan makanan pada ikan terdiri dari dua bagian yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Mulut dari muka ke belakang saluran pencernaan tersebut terdiri dari mulut, kerongkongan, esophagus, lambung, usus, dan dubur. Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri dari hati, kantong empedu, selain itu juga saluran pencernaan berfungsi sebagai tempat dilaluinya makanan (Mudjiman, 1995).
Pencernaan pada kelas pisces terdapat pada kelenjar pencernaan yang berupa hepar yang terletak pada rongga badan sebelah anterior dan mengandung vesica fage yang salurannya menuju intestine sedangkan kelenjar pangkreas tidak terpisah-pisah oleh hati (Horton, 1993).

2.6. Sistem Pernapasan
   Ikan membutuhkan oksigen untuk proses metabolisme dan membuang gas CO2 sebagai hasil sisa metabolisme dalam sel. Proses pengikatan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida tersebut oleh darah melalui permukaan organ pernapasan disebut Pernapasan. Oksigen merupakan zat yang mutlak dibutuhkan oleh tubuh untuk mengoksidasi zat makanan berupa karbohidrat, lemak dan protein sehingga menghasilkan energi. Oleh karena itu kelangsungan hidup ikan sangat dipengaruhi oleh kempauannya dalam mendapatkan oksigen yang cukup dari lingkungan. Hal ini dapat terlihat jelas pada prilaku ikan pada saat berkurangnya oksigen terlarut pada suatu perairan yakni ikan akan berenang menuju ke permukaan atau ke daerah air yang berarus (Burhanuddin, 2008).
Alat pernafasan pada ikan secara umum adalah insang dengan pengecualian pada beberapa jenis ikan yang mempunyai alat pernafasan paru-paru selain  menggunakan insang. Filament insang adalah bagian yang mengandung kapiler-kapiler darah dan berfungsi untuk mengikat oksigen yang terlarut dalam air pada proses pernafasan. Lengkung insang mempunyai saluran yang memungkinkan darah dapat keluar dan masuk dari insang, merupakan tempat filament dan tapis insang. Tapis insang terletak pada bagian yang terdepan, yang pada jenis ikan herbivore pemakan plankton (plankton feeder) berfungsi sebagai penyaring makanan dan relative panjang dan rapat dibandingkan dengan jenis ikan karnivora. Insang ikan bertulang sejati ditutup oleh penutup insang (oprculum) yng terdiri atas bagian operculum, sub operculum, inter operculum, dan preperculum. Insang ikan bertulang rawan tidak tertutup operculum tetapi insang berada di dalam dan berhubung dengan lingkungan luar adanya celah-celah insang yang berjumlah 5-7 buah (Rajabnadia, 2009).
2.7. Sistem Urogenitalia
Hormon klasistokimia yang terdapat pada ikan-ikan memacu keluarnya getah empedu dari hati. Pengeluaran getah empedu tersebut melalui pembuluh hepatikus, yang kemudian ditampung didalam kantung empedu. Dinding usus tersebut juga mengeluarkan hormon sakretin dan pankreozinin, sakretin akan memacu pengeluaran getah empedu dan getah pangkreas (Rudi, 2007).
Secara anatomi ikan terdiri dari sepuluh sistem yang bekerja sama untuk membentuk keseluruhan tubuh yaitu sistem integumen, sistem rangka, system peredaran darah, sistem ekskresi, sistem genetalia, sistem saraf dan sistem hormon. Dari beberapa sistem anatomik tersebut merupakan komponen utama penyusunan tubuh ikan (Rahardjo, 1980).
Sistem urogenitalia merupakan kombinasi dari sistem urinalia dan genetalia. Organ-organ yang termasuk dalam urinaria adalah ginjal, volvian duct, urinaria baldder, urinaria papila. Sedangkan alat reproduksi jantan meliputi testis, vas deferens dan genital pore, sedangkan alat reproduksi betina adalah ovari dan oviduct (Yusnaini, 2008).

 
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu 31 Maret 2012 pukul 10.00 WITA di laboratorium Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa Makassar.
3.2 Alat dan bahan
Alat dan bahan pada praktikum ikhtiologi ikan ialah Baki (dissecting pan) Untuk menyimpan bahan, Pisau cutter Untuk membelah dan memotong bahan, Lap / tissue Untuk membersihkan peralatan, Kantong plastik Untuk menyimpan bahan, Mistar / tali rapia untuk mengukur morfometrik ikan, Alat tulis menulis Untuk menggambar hasil pengamatan. Sedangkan sebagai bahan pengamatan ialah  3 ekor Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis).
3.3 Prosedur Kerja
A.   Pengukuran Morfometrik Ikan
1.    Meletakkan ikan yang akan diamati di atas talenan
2.    menggambar ikan tersebut pada kertas
3.    Mengukur ikan, yaitu mengukur panjang tubuh, tinggi tubuh, lebar tubuhnya dan bagian-bagian tubuh lainnya.
4.    Mencatat hasil pengukuran pada keterangan gambar sesuai ketentuan yang telah disediakan.
B.   Sistem Pencernaan
1.    Meletakkan ikan yang akan diamati di atas talenan
2.    Membelah ikan secara membujur dari atas punggung dengan hati-hati hingga perut.
3.    Menggambar sistem pencernaan ikan tersebut pada kertas.
4.    Memberi keterangan pada gambar.
C.   Sistem Pernafasan
1.    Meletakkan ikan yang akan diamati di atas talenan
2.    Memotong tutup insang pada ikan (operculum).
3.    Menggambar sistem pernapasan ikan cakalang yaitu insang. tersebut pada kertas. Menggambar ikan dengan posisi ikan menyamping, terbalik/telentang.
4.    Mengeluarkan insang secara utuh kemudian menggambar bagian-bagian insang.
5.    Memberi keterangan pada gambar.
D.   Sistem Urat Daging
1.    Meletakkan ikan yang akan diamati di atas talenan
2.    Memotong secara verikal tubuh ikan
3.    Menggambar bentuk otot/urat daging ikan
4.    Potongan bagian ekor kemudian di kupas kulitnya dengan pisau tajam.
5.    Menggambar garis/ urat daging pada ikan cakalang tersebut.
6.    Memberi keterangan pada gambar.
E.   Sistem Urogenital
1.    Meletakkan ikan yang akan diamati di atas talenan (ikan yang sudah di belah untuk mengetahui system pencernaan).
2.    Menggambar bagian sistem reproduksi ikan cakalang dengan posisi ikan menyamping, terbalik/telentang.
3.    Mengeluarkan alat reproduksi ikan secara utuh kemudian menggambar bagian-bagian alat reproduksi ikan.
4.    Memberi keterangan pada gambar.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil Pengamatan
A.   Morfometrik ikan Cakalang
Gambar 2. Pengukuran morfometrik ikan cakalang

Keterangan :


1.    Panjang total (TL): 30 cm
2.    Panjang cagak (FL): 26,5 cm
3.    Panjang standar (SL): 24,5 cm
4.    Panjang sebelum sirip kedua (PD2): 14.5 cm
5.    Panjang sebelum sirip pertama (PD1): 8,5 cm
6.    Panjang kepala (HL): 7,3 cm
7.    Panjang sebelum insang (PG1): 6,2 cm
8.    Panjang sebelum mata(POB): 2,5 cm
9.    Jarak antar sirip punggung (IDS): 5,8 cm
10. Jarak sirip punggung dengan ekor (DCS): 9 cm
11. Panjang sebelum sirip dada (PP1): 8 cm
12. Panjang sebelum sirip perut (PP2): 16,7 cm
13. Panjang setelah sirip perut (SVL): 17,2 cm
14. Panjang setelah sirip perut sampai ujung ekor (VCL): 12 cm
15. Jarak antar sirip perut dan sirip dada (PPS): 7,7 cm




B.   Sistem Pencernaan

Gambar 3.  Sistem pencernaan ikan cakalang


Keterangan:
1.    Mulut
2.    Rongga Mulut
3.    Esophagus
4.    Phylorus
5.    Lambung
6.    Usus
7.    Anus

C.   Sistem Pernapasan

Gambar 4. Sistem pernapasan
ikan cakalang (insang)

Keterangan:
1.    Tutup insang (operculum)
2.    Lamella / filamen insang
3.    Lengkung insang
4.    Tapis insang

D.   Sistem urat daging


Gambar 5.  Sistem urat
daging pada ikan cakalang

Keterangan :
1.    Vertebrae
2.    Urat daging merah
3.    Epaksial
4.    Hepaksial

E.   Sistem Urogenitalia       

            Gambar 6. Organ urogenitalia ikan cakalang
Keterangan :
1.    Ovary
2.    Oviduk
3.    Ureter
4.    Lubang genital betina (ovarium)


4.2  Pembahasan
Pada praktikum ini pengamatan yang dilakukan yaitu pengukuran morfometrik, sistem pencernaan , sistem pernapasan, sistem urat daging, dan sistem urogenetalia pada ikan, khususnya pada ikan cakalang.
A.   Morfometrik ikan Cakalang
Bentuk dan ukuran dari setiap jenis ikan berbeda-beda. Perbedaan ini biasa digunakan dalam proses pengklasifikasian dan penggolongan suatu jenis ikan. Untuk dapat mengetahui perbedaan ukuran tubuh setiap jenis ikan, tentu dilakukan pengukuran untuk mendapatkan data mengenai ukuran tubuh ikan tersebut. Dalam Rajabnadia (2009) dijelaskan bahwa Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan. Metode pengukuran standar ikan antara lain panjang standar, panjang moncong atau bibir, panjang sirip punggung atau tinggi badan atau ekor.
Pada pengamatan yang dilakukan dalam praktikum ini, bagian-bagian tubuh ikan yang diukur yaitu panjang total tubuh ikan, panjang baku, tinggi badan, panjang batang ekor, tinggi batang ekor, tinggi sirip punggung atau dubur, panjang jari-jari sirip, panjang jari-jari sirip dada yang terpanjang, panjang kepala, lebar kepala, dan lebar pembukaan mulut ikan tersebut.
Pengukuran yang dilakukan pada ikan cakalang (Katsuworis pelamis), diperoleh data yaitu panjang total dari bagian depan mulut hingga bagian paling ujung ekor (TL):30 cm, bagian depan mulut hingga bagian belakang pangkal cabang ekor (FL): 26,5 cm, bagian depan mulut hingga bagian depan pangkal cabang ekor (SL): 24,5 cm, bagian depan mulut hingga bagian pangkal bagian depan sirip punggung belakang (PD2)            :14.5 cm, bagian depan mulut hingga bagian pangkal bagian depan sirip punggung depan (PD1):8,5 cm, bagian depan mulut hingga bagian ujung celah insang bagian belakang (HL): 7,3 cm, bagian depan mulut hingga bagian bagian celah insang depan (PG1):6,2 cm, bagian depan mulut hingga bagian ujung bagiandepan mata (POB)          : 2,5 cm, diukur mulai pangkal belakang sirip punggung depan hingga pangkal bagian depan sirip punggung belakang (IDS): 5,8 cm, pangkal belakang sirip punggung belakang sampai pangkal depanbagianekor atas (DCS): 9 cm, bagian terdepan moncong mulut sampai pangkal depan sirip perut bagian depan (PP1): 8 cm, bagian terdepan moncong mulut sampai depan sirip perut bagian depan (PP2):16,7 cm, bagian terdepan moncong mulut sampai depan sirip perut bagian belakang (SVL): 17,2 cm, (PCA):6,8 cm, depan sirip perut bagian belakang sampai bagian paling ujung ekor (VCL):12 cm, pangkal sirip perut bagian depan sampai  pangkal depansirip perut bagian belakang(PPS):7,7 cm.
B.   Sistem pencernaan
Berdasarkan hasil pengamatan pada sistem pencernaan ikan kembung, terlihat organ-organ pencernaan seperti mulut, rongga mulut, esopagus, pylorus, lambung, usus dan anus. Mulut dan rongga mulut pada ikan merupakan tempat pertama masuknya makanan sekaligus proses pencernaan makanan secara mekanik kemudian makanan yang telah dicerna akan diteruskan ke esophagus dimana pada esophagus ini memiliki lendir yang berguna untuk memperlancar jalannya makanan menuju lambung. Makanan yang telah tiba di lambung, lambung merupakan segmen pencernaan yang diameternya relatif besar, apabila lambung di bandingkan dengan segmen lainnya. Besarnya ukuran lambung ini berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan dan tempat mencerna makanan kedua secara mekanik dan kimiawi. Makanan yang telah dicerna di lambung kemudian akan disalurkan menuju kepilorus yang terletak di depan usus, pilorus merupakan penebalan lapisan otot melingkar yang mengakibatkan terjadinya penyempitan saluran pencernaan pada segmen ini berarti segmen pilorus berfungsi sebagi pengatur pengeluaran makanan dari lambung ke usus.
Dibelakang pilorus terdapat segmen yang memanjang dari saluran pencernaan dan ukuran ikan sangat bervariasi tergantung dari kebiasaan makan masing-masing ikan. Dalam usus ikan terdapat lapisan mukosa yang dilengkapi dengan villi-villi usus yaitu beberapa tonjolan-tonjolan yang berguna untuk membantu menghancurkan makanan yang tiba dalam usus.
Didalam usus merupakan tempat penyerapan zat sisa yang masih dibutuhkan oleh tubuh dan sisa makanan yang tidak dibutuhkan lagi akan dibuang keluar tubuh melalui anus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Horton (1993), yang menyatakan bahwa sistem pencernaan makanan pada ikan dimulai dari mulut dan berakhir di anus. Secara umum alat pencernaan makanan pada ikan meliputi mulut, rongga mulut, esophagus, lambung, philorus, usus dan anus.
Serta organ pencernaan ini dalam mencerna makanan di bantu oleh kelenjar pencernaan yaitu hati dan pangkreas. Fungsi pencernaan makanan adalah untuk menghancurkan makanan menjadi zat yang terlarut   sehingga makanan tersebut mudah diserap dan kemudian digunakan dalam proses metabolisme. Proses pencernaan terjadi dalam dua bentuk yaitu secara fisik (terutama dalam rongga mulut dan lambung) serta secara kimia (terutama dalam lambung dan usus). Ukuran mulut ikan dapat memberikan petunjuk terhadap kebiasaan makan, terutama bila dikaitkan dengan ukuran dan tempat gigi berada.
Lambung pada ikan berfungsi sebagai penampung makanan dimana di dalam lambung ini akan terjadi proses pencernaan secara kimiawi yaitu dengan bantuan asam lambung dan penggiling makanan. Pilorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan. Segmen ini sangat mencolok karena ukurannya yang mengecil/menyempit. Segmen pilorus ini berfungsi sebagai pengatur pengeluaran makanan (cyme) dari lambung ke segmen usus. Usus merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Pada bagian depan usus terdapat dua saluran yang masuk kedalamnya, yaitu saluran yang berasal dari kantung empedu dan yang berasal dari pangkreas. Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan atau merupakan tempet keluarnya sisa makanan yang tidak dicerna lagi oleh tubuh. Pada ikan bertulang sejati anus terletak di sebelah depan saluran genital.
C.   Sistem pernapasan
Pernafasan adalah proses pertukaran oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) antara organism dengan lingkungannya atau proses pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida dalam suatu organisme. Alat pernafasan pada ikan cakalang (Rajabnadia, 2009).
Bagaian-bagian pokok insang pada ikan ada tiga yaitu meliputi daun insang/lamella (gill filament), tulang lenkung insang (gill arch), dan tapis insang (gill racker). Filament insang/lamella adalah bagian yang mengandung kapiler-kapiler darah dan berfungsi untuk mengikat oksigen yang terlarut dalam air pada proses pernafasan. Tulang lengkung insang mempunyai saluran yang memungkinkan darah dapat keluar dan masuk dari insang, dan merupakan tempat melekatnya daun insang dan tapis insang. Tapis insang terletak pada bagian yang terdepan, yang pada jenis ikan herbivora pemakan plankton (plankton feeder) berfungsi sebagai penyaring makanan dan relatif panjang dan rapat dibandingkan dengan jenis ikan karnivora. Sesuai pendapat Rajabnadia (2009) bahwa insang ikan herbivora tapis insangnya dapat digunakan untuk menyaring makanan (plankton feeder).
D.   Sistem Urat Daging                               
Berdasarkan hasil pengamatan sistem urat daging pada ikan cakalang, terlihat urat daging yang nampak ada yang berbentuk lingkaran yang menyerupai lingkaran tubuh ikan tersebut dan ada juga yang menyerupai garis yang memanjang secara horizontal yang disebut septum horizontal.
Pada potongan melintang tubuh ikan tersebut nampak suatu susunan otot dalam daging ikan tersebut, otot ikan yang menyerupai garis yang membatasi antara dua blok disebut myoseptum sedangkan ruang antar blok urat daging ikan disebut myotome. Otot pada tubuh ikan terbagimenjadi dua bagian yang pada bagian atas disebut epaxial dan pada bagian bawah disebut hypaxial serta antara kedua bagian urat daging tersebut dibatasi oleh garis yang memanjang secara horizontal yang disebut horizontal steletogenus septum.
Secara keseluruhan urat daging yang tampak pada tubuh ikan tersebut terdiri dari supracarinalis yang terdapat pada tubuh ikan bagian atas (punggung), corpus vertebrata yang merupakan tulang belakang yang terdapat pada bagian tengah tubuh ikan, cavum abdominis yang merupakan rongga yang terdapat dibawah septum horizontal dab bagian yang disebut infracarinalis merupakan urat daging yang terdapat pada bagian bawah (ventral) tubuh ikan tersebut. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Buchar (1992), yang menyatakan bahwa urat daging pada ikan tampak merupakan kesatuan, sebenarnya tersusun dari komponen-komponen penyusunnya, blok urat daging disebut myoteme dan kumpulan dari myoteme disebut myosepta.
Myoseptum merupakan otot ikan yang menyerupai garis yang membatasi antar blok antar blok. Dan myoteme merupakan ruang-ruang antar blok urat daging. Urat daging pada tubuh ikan terbagi menjadi dua bagian yaitu urat daging bagian atas yang disebut dengan epaxial dan urat daging bagian bawah yang disebut hypaxial. Kedua bagian tersebut dipisahkan oleh “horizontal skeletogeneus septum”. Urat daging (otot) pada tubuh ikan mempunyai peranan dan fungsi yang sesuai dengan letak atau posisi dalam tubuhnya. Fungsi urat daging adalah sebagai tempat melekatnya rangka, sebagai alat gerak aktif dan untuk melindungi organ-organ tubuh bagian dalam.
E.   Sistem Urogenital
Berdasarkan hasil pengamatan pada sistem urogenitalia pada ikan cakalang, setelah dilakukan pembedahan di temukan adanya organ reproduksi seperti ovary (kandung telur), saluran telur (oviduct), ureter, dan lubang genital betina (ovarium) yaitu berupa organ yang terletak dirongga tubuh. Sistem urogenitalia merupakan kombinasi dari sistem urinaria (ekskresi) dan sistem genitalia (reproduksi).
Sistem reproduksi ikan yang kami teliti ialah ovari yang terdapat pada bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan mesovaria di bawah atau disamping gelembung gas. Telur melawati oviduct menuju kloaka dan keluar melalui lubang genital. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rudi (2007), yang menyatakan bahwa pada jenis ikan cakalang betina pada umumnya mempunyai organ reproduksi yang terdiri atas ovarium dan rongga ovarium atau oviduct yang dijadikan sebagai tempat untuk menyimpan sel-sel telur sebelum di buahi.


BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat di simpulkan sebagai berikut :
1.    Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.
2.    Sistem urat daging pada ikan cakalang meliputi: Vertebrae, Urat daging merah, epaksial, hipaksial.
3.    Alat pencernaan pada ikan cakalang terdiri dari mulut, rongga mulut, esophagus, lambung, pilorus, usus dan anus.
4.    Organ yang digunakan dalam sistem pernapasan ikan cakalang ialah insang dengan bagian-bagiannya ialah tutup insang (operculum), lamella/ filament insang, lengkung insang, dan tapis insang. Proses pernafasan pada ikan merupakan proses pertukaran O2 dan CO2 antara ikan dengan lingkungannya yang terjadi di dalam insang.
5.    Pada sisitem urogenitalia, alat reproduksi ikan cakalang betina meliputi ovary (kandung telur), saluran telur (oviduct), ureter, dan lubang genital betina (ovarium).


LAMPIRAN


                 



 DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, A. Iqbal. 2008. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya. Yayasan Citra Emulsi. Makassar.

Burhanuddin, I. A., 2008. IKHTIOLOGI. (online), (http://www.unhas.ac.id/
lkpp /Ikhtiologi.pdf), diakses 28 maret 2012.

Fitdianto. 2007. Aneka Ichtiologi. http://fitdianto.blogspot.com/2007/11/
anekaikhtiologi.html. Diakses 28 maret 2012.

Horton. 1993. Biologi Ikan edisi II. Tira pustaka. Jakarta.

Subarno, T., 2009. Laporan Praktikum Ichtyology. (online), (http://gianmsp.