STITEK Balik Diwa Makassar
Tim Praktikum Ikhtiologi
BAB
I
LATAR
BELAKANG
Dalam dunia ikan kita ketahui bahwa ada berbagai jenis
spesies ikan baik yang ada di air tawar, payau, maupun laut. Pembedaan atau
pengklasifikasian dari tiap jenis ikan tersebut dapat di bagi berdasarkan bentuk
tubuh, makanan, habitat, struktur tubuhnya, dll. Dalam isi makalah ini kita
akan membahas ciri-ciri morfologi dan system organ yang ada pada ikan pelagis
khususnya ikan cakalang (Katsuwonus
pelamis),
Dalam tubuh ikan terdapat urat daging yang tampak
merupakan kesatuan yang tersusun dari komponen-komponen penyusunnya yang
terdiri dari blok urat daging yang disebut myotomes dan kumpulan dari myotomes
disebut myosepta. Urat daging ini tersebar di hampir seluruh bagian tubuh ikan
dan untuk mengetahuinya di dalam makalah ini akan di lakukan pembedahan pada
ikan cakalang tersebut.
Untuk mengamati bentuk dan letak bagian-bagian alat
pencernaan pada beberapa golongan ikan, saluran pencernaan pada ikan di mulai
dari mulut dan berakhir di anus. Secara umum alat-alat pencernaan pada ikan
meliputi : mulut, rongga mulut, esofagus, lambung, pilorus, usus dan anus.
Sistem pernapasan pada ikan umumnya ialah dengan
menggunakan insang. Namun, beberapa jenis ikan ada yang termasuk kedalam ikan
diploid (bernapas dengan paru-paru seperti ikan paus, dan lumba-lumba). Dan
sebagian jenis ikan memiliki alat pernapasan tambahan seperti labyrinth pada
ikan gabus dan beberapa jenis ikan air tawar lainnya selain itu juga ada
aborenchent pada ikan lele dan alat pernapasan tambahan lain seperti kulit, dll.
Sistem
urogenetalia merupakan kombinasi dari sistem urinaria (ekskresi) dan sistem
genetalia (reproduksi). Sistem urinaria meliputi pembuangan sisa hasil metabolisme
baik melalui usus dan kulit maupun melalui alat ekskresi khususnya ginjal.
Sistem genetalia (reproduksi)yaitu system perkembangbiakan atau proses
dihasilkannya spesies-spesies atau generasi baru. Sistem urogenitalia yang
dibahas khusus mengenai system
reproduksi pada ikan cakalang.
Dari uraian diatas maka dianggap perlu dilakukan
praktikum sehingga kita dapat mengetahui lebih dalam lagi mengenai ikan
khususnya mengenai morfometrik, sistem urat daging, sistem pernafasan, sistem
pencernaan dan sistem urogenitalia (reproduksi) pada ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Cakalang
Klasifikasi ikan cakalang (Katsuwonus pelamis),
menurut Nontji (2005) adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisce
Ordo : Perciformes
Famili : Scombrida
Genus
: Katsuwonus
Spesies : K. pelamis
Gambar
1. Morfologi ikan cakalang (K. pelamis)
(Sumber:
Andheryanti, 2008)
2.2.
Morfologi
Ikan cakalang termasuk kedalam jenis ikan tuna, famili
scombridae, spesies K. Pelamis. Burhanuddin (2008), menjelaskan
ciri-ciri morfologi cakalang yaitu tubuh berbentuk fusiform, memanjang dan agak
bulat, tapis insang (gill rakes) berjumlah 53-63 pada helai pertama, mempunyai
2 sirip puggung yang terpisah. Pada sirip punggung yang pertama terdapat 14-16
jari-jari keras, jari-jari lemah pada sirip punggung yang kedua diikuti oleh
7-9 finlet. Sirip dada pendek terdapat dua flops diantara sirip perut. Sirip
anal di ikuti dengan 7-8 finlet. Badan tidak bersisik kecuali pada barut badan
(corselets) dan lateral line terdapat titik kecil. Bagian punggung berwarna
biru kehitaman (gelap) disisi bawah dan perut keperakan, dengan 4-6 buah garis-garis
berwarna hitam yang memanjang pada bagian samping badan. Ordo Percomorphi (Sub
ordo: scombroidea), Famili Scombridae, Genus Rastrellinger.
Badan tidak begitu
langsing, pendek, gepeng, tapisan ingsang halus, 29-34. pada bagian bawah busur
insang pertama. Sisik pada garis rusuk 120-131. usus sangat panjang 3-3,4 kali
panjang badan. Sirip punggung pertama berjari-jari keras 10-11, sedang sirip
punggung kedua berjari-jari lemah 12-13. sirip dubur berjari-jari lemah 12.
dibelakang sirip punggug, dubur terdapat 5 jari-jari lepas (finlet). Pemakan
plankton halus. Hidup lebih mendekati pantai, membentuk gerombolan besar. Dapat
mencapai panjang 30 cm, umumnya 15-20 cm. warna biru kehijauan bagian atas,
putih perak bagian bawah. Totol-totol hitam pada bagian punggung (diatas garis
rusuk). Sirip punggung pertama kuning keabuan, dengan pinggiran gelap. Sirip
dada, perut kuning maya-maya, sedikit gelap, lain-lain sirip kekuningan
(Murniyanti, 2003).
2.3. Morfometrik Ikan
Setiap
ikan mempunyai ukuran yang berbeda-beda, tergantung pada umur, jenis kelamin,
dan keadaan lingkungan hidupnya. Faktor-faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi kehidupan ikan diantaranya adalah makanan, pH, suhu, dan
salinitas. Faktor-faktor tersebut baik secara sendiri-sendiri maupun secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan ikan.
Dengan demikian, walaupun dua ekor ikan memiliki umur yang sama, namun ukuran
mutlak diantara keduanya dapat saling berbeda. Ukuran ikan adalah jarak antara
suatu bagian tubuh dengan bagian tubuh lainnya (Irfan 2009).
Pengukuran morfometrik merupakan
pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan
badan. Metode pengukuran standar ikan antara lain panjang standar, panjang
moncong atau bibir, panjang sirip punggung atau tinggi badan atau ekor
(Rajabnadia, 2009).
2.4.
Sistem Urat Daging
Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga urat daging yaitu
urat daging bergaris, urat daging licin dan urat daging jantung. Urat daging
bergaris diseluruh tubuh ikan terdiri dari kumpulan urat daging pada kepala
ikan. Urat daging licin terletak pada usus, arteri mata, dan pada saluran
ekskresi. Sedangkan urat daging jantung berwarna merah tua dengan kontraksi
otot bersifat involuntary (tidak dibawah rangsangan otak), pada sistem urat
daging juga yang menarik adalah organ listrik pada beberapa ikan yang ada pada
vertebrata lainnya tidak ada (Yasin, 1990).
Urat daging pada ikan tampak merupakan kesatuan,
sebenarnya tersusun dari komponen-komponen penyusunnya, blok urat daging
disebut myoteme dan kumpulan dari myteme disebut myosepta. Urat daging yang
terdapat pada tubuh ikan terbagi oleh horizontal steletogeneus septum menjadi
urat daging bagian atas (epxial) dan urat daging bagian bawah (hipaxial). Urat
daging (otot) pada ikan tersebar hamper seluruh tubuhnya sehingga urat daging
pada tubuh ikan mempunyai peranan, fungsi dan peranan yang sesuai dengan
letak/posisi dan fungsinya dalam tubuh (Yusnaini, 2008).
Urat daging yang
terdapat pada tubuh ikan terdiri atas kumpulan blok-blok urat daging. Tiap urat
daging ini dinamakan myteme yang dilapisi oleh myoseptum. Urat daging yang
menempel pada tubuh ikan sebelah kiri dan kanan dari kepala sampai ke batang
ekor, myoteme tersusun menurut pola tertentu yang biasa menjadi dua tipe yaitu
cyclostomine dan pisces (Rahardjo, 1980).
2.5.
Sistem Pencernaan
Bagian-bagian saluran pencernaan berturut-turut dari
suatu ikan adalah mulut, rongga mulut dimana didalamnya terdapat lidah yang
melekat pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan oleh kelenjar lendir, yang
mempunyai lidah dari rahang yang ditumbuhi gigi kecil yan berbentuk kerucut,
faring merupakan pangkal tenggorokkan dan daerah insang, lambung sebagai
lanjutan dari kerongkongan dan usus dari beberapa jenis ikan terdapat usus
buntu yang berfungsi sebagai alat untuk memompa gas pada permukaan dinding
lambung sehingga pencernaan dan penyerahan zat-zat makanan lebih sempurna, usus
berbentuk seperti saluranyang panjang dan berliku-liku (Sugeng, 1992).
Sistem pencernaan ikan memiliki susunan dari mulut,
rongga mulut, faring, esopagus, lambung, pilorus, usus dan anus. Fungsi utama
dari pencernaan makanan adalah untuk menghancurkan makanan menjadi zat terlarut
sehingga makanan tersebut mudah diserap dan kemudian digunakan dalam proses metabolism
(Yusnaini, 2008).
Sistem pencernaan makanan pada ikan terdiri dari dua
bagian yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Mulut dari muka ke
belakang saluran pencernaan tersebut terdiri dari mulut, kerongkongan,
esophagus, lambung, usus, dan dubur. Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri dari
hati, kantong empedu, selain itu juga saluran pencernaan berfungsi sebagai
tempat dilaluinya makanan (Mudjiman, 1995).
Pencernaan pada kelas
pisces terdapat pada kelenjar pencernaan yang berupa hepar yang terletak pada
rongga badan sebelah anterior dan mengandung vesica fage yang salurannya menuju
intestine sedangkan kelenjar pangkreas tidak terpisah-pisah oleh hati (Horton,
1993).
2.6.
Sistem Pernapasan
Ikan membutuhkan oksigen untuk proses metabolisme dan
membuang gas CO2 sebagai hasil sisa metabolisme dalam sel. Proses
pengikatan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida tersebut oleh darah melalui
permukaan organ pernapasan disebut Pernapasan. Oksigen merupakan zat yang mutlak
dibutuhkan oleh tubuh untuk mengoksidasi zat makanan berupa karbohidrat, lemak
dan protein sehingga menghasilkan energi. Oleh karena itu kelangsungan hidup
ikan sangat dipengaruhi oleh kempauannya dalam mendapatkan oksigen yang cukup
dari lingkungan. Hal ini dapat terlihat jelas pada prilaku ikan pada saat
berkurangnya oksigen terlarut pada suatu perairan yakni ikan akan berenang
menuju ke permukaan atau ke daerah air yang berarus (Burhanuddin, 2008).
Alat
pernafasan pada ikan secara umum adalah insang dengan pengecualian pada
beberapa jenis ikan yang mempunyai alat pernafasan paru-paru selain menggunakan insang. Filament insang adalah
bagian yang mengandung kapiler-kapiler darah dan berfungsi untuk mengikat
oksigen yang terlarut dalam air pada proses pernafasan. Lengkung insang
mempunyai saluran yang memungkinkan darah dapat keluar dan masuk dari insang,
merupakan tempat filament dan tapis insang. Tapis insang terletak pada bagian
yang terdepan, yang pada jenis ikan herbivore pemakan plankton (plankton
feeder) berfungsi sebagai penyaring makanan dan relative panjang dan rapat
dibandingkan dengan jenis ikan karnivora. Insang ikan bertulang sejati ditutup
oleh penutup insang (oprculum) yng terdiri atas bagian operculum, sub
operculum, inter operculum, dan preperculum. Insang ikan bertulang rawan tidak
tertutup operculum tetapi insang berada di dalam dan berhubung dengan
lingkungan luar adanya celah-celah insang yang berjumlah 5-7 buah (Rajabnadia,
2009).
2.7. Sistem Urogenitalia
Hormon klasistokimia yang terdapat pada ikan-ikan memacu
keluarnya getah empedu dari hati. Pengeluaran getah empedu tersebut melalui
pembuluh hepatikus, yang kemudian ditampung didalam kantung empedu. Dinding
usus tersebut juga mengeluarkan hormon sakretin dan pankreozinin, sakretin akan
memacu pengeluaran getah empedu dan getah pangkreas (Rudi, 2007).
Secara anatomi ikan terdiri dari sepuluh sistem yang
bekerja sama untuk membentuk keseluruhan tubuh yaitu sistem integumen, sistem
rangka, system peredaran darah, sistem ekskresi, sistem genetalia, sistem saraf
dan sistem hormon. Dari beberapa sistem anatomik tersebut merupakan komponen
utama penyusunan tubuh ikan (Rahardjo, 1980).
Sistem urogenitalia merupakan kombinasi dari sistem
urinalia dan genetalia. Organ-organ yang termasuk dalam urinaria adalah ginjal,
volvian duct, urinaria baldder, urinaria papila. Sedangkan alat reproduksi
jantan meliputi testis, vas deferens dan genital pore, sedangkan alat
reproduksi betina adalah ovari dan oviduct (Yusnaini, 2008).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
sabtu 31 Maret 2012 pukul 10.00 WITA di laboratorium Sekolah Tinggi Teknologi
Kelautan (STITEK) Balik Diwa Makassar.
3.2
Alat dan bahan
Alat dan bahan pada praktikum ikhtiologi ikan
ialah Baki
(dissecting pan) Untuk menyimpan bahan, Pisau
cutter Untuk membelah dan memotong bahan, Lap /
tissue Untuk membersihkan peralatan, Kantong
plastik Untuk menyimpan bahan, Mistar
/ tali rapia untuk mengukur morfometrik ikan, Alat
tulis menulis Untuk menggambar hasil pengamatan.
Sedangkan sebagai bahan pengamatan ialah 3 ekor Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis).
3.3 Prosedur Kerja
A.
Pengukuran
Morfometrik Ikan
1.
Meletakkan
ikan yang akan diamati di atas talenan
2.
menggambar
ikan tersebut pada kertas
3.
Mengukur
ikan, yaitu mengukur panjang tubuh, tinggi tubuh, lebar tubuhnya dan
bagian-bagian tubuh lainnya.
4.
Mencatat
hasil pengukuran pada keterangan gambar sesuai ketentuan yang telah disediakan.
B.
Sistem Pencernaan
1.
Meletakkan
ikan yang akan diamati di atas talenan
2.
Membelah
ikan secara membujur dari atas punggung dengan hati-hati hingga perut.
3.
Menggambar
sistem pencernaan ikan tersebut pada kertas.
4.
Memberi
keterangan pada gambar.
C.
Sistem Pernafasan
1.
Meletakkan
ikan yang akan diamati di atas talenan
2.
Memotong
tutup insang pada ikan (operculum).
3.
Menggambar
sistem pernapasan ikan cakalang yaitu insang. tersebut pada kertas. Menggambar
ikan dengan posisi ikan menyamping, terbalik/telentang.
4.
Mengeluarkan
insang secara utuh kemudian menggambar bagian-bagian insang.
5.
Memberi
keterangan pada gambar.
D.
Sistem Urat Daging
1.
Meletakkan
ikan yang akan diamati di atas talenan
2.
Memotong
secara verikal tubuh ikan
3.
Menggambar
bentuk otot/urat daging ikan
4.
Potongan
bagian ekor kemudian di kupas kulitnya dengan pisau tajam.
5.
Menggambar
garis/ urat daging pada ikan cakalang tersebut.
6.
Memberi
keterangan pada gambar.
E.
Sistem Urogenital
1.
Meletakkan
ikan yang akan diamati di atas talenan (ikan yang sudah di belah untuk
mengetahui system pencernaan).
2.
Menggambar
bagian sistem reproduksi ikan cakalang dengan posisi ikan menyamping,
terbalik/telentang.
3.
Mengeluarkan
alat reproduksi ikan secara utuh kemudian menggambar bagian-bagian alat
reproduksi ikan.
4.
Memberi
keterangan pada gambar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
A.
Morfometrik ikan Cakalang
Gambar
2. Pengukuran
morfometrik ikan cakalang
Keterangan :
1. Panjang total (TL): 30 cm
2. Panjang cagak (FL): 26,5 cm
3. Panjang standar (SL): 24,5 cm
4.
Panjang sebelum sirip
kedua (PD2): 14.5 cm
5. Panjang sebelum sirip pertama (PD1): 8,5 cm
6. Panjang kepala (HL): 7,3 cm
7. Panjang sebelum insang (PG1): 6,2 cm
8. Panjang sebelum mata(POB): 2,5 cm
9. Jarak antar sirip punggung (IDS): 5,8 cm
10. Jarak sirip punggung dengan ekor (DCS): 9 cm
11. Panjang sebelum sirip dada (PP1): 8 cm
12. Panjang sebelum sirip perut (PP2): 16,7 cm
13. Panjang setelah sirip perut (SVL): 17,2 cm
14. Panjang setelah sirip perut sampai ujung ekor (VCL): 12
cm
15. Jarak antar sirip perut dan sirip dada (PPS): 7,7 cm
B.
Sistem
Pencernaan
Gambar
3. Sistem pencernaan
ikan cakalang
Keterangan:
1. Mulut
2. Rongga Mulut
3. Esophagus
4. Phylorus
5. Lambung
6. Usus
7. Anus
C.
Sistem Pernapasan
Gambar
4. Sistem pernapasan
ikan
cakalang (insang)
Keterangan:
1. Tutup insang (operculum)
2. Lamella / filamen insang
3. Lengkung insang
4. Tapis insang
D.
Sistem urat daging
Gambar
5. Sistem urat
daging
pada ikan cakalang
Keterangan
:
1. Vertebrae
2. Urat daging merah
3. Epaksial
4. Hepaksial
Gambar 6. Organ urogenitalia ikan
cakalang
Keterangan :
1.
Ovary
2. Oviduk
3. Ureter
4. Lubang genital betina (ovarium)
4.2
Pembahasan
Pada praktikum ini pengamatan yang dilakukan yaitu pengukuran
morfometrik, sistem pencernaan , sistem pernapasan, sistem urat daging, dan
sistem urogenetalia pada ikan, khususnya pada
ikan cakalang.
A.
Morfometrik ikan Cakalang
Bentuk
dan ukuran dari setiap jenis ikan berbeda-beda. Perbedaan ini biasa digunakan
dalam proses pengklasifikasian dan penggolongan suatu jenis ikan. Untuk dapat
mengetahui perbedaan ukuran tubuh setiap jenis ikan, tentu dilakukan pengukuran
untuk mendapatkan data mengenai ukuran tubuh ikan tersebut. Dalam Rajabnadia
(2009) dijelaskan bahwa Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang
diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan. Metode
pengukuran standar ikan antara lain panjang standar, panjang moncong atau
bibir, panjang sirip punggung atau tinggi badan atau ekor.
Pada
pengamatan yang dilakukan dalam praktikum ini, bagian-bagian tubuh ikan yang
diukur yaitu panjang total tubuh ikan, panjang baku, tinggi badan, panjang
batang ekor, tinggi batang ekor, tinggi sirip punggung atau dubur, panjang
jari-jari sirip, panjang jari-jari sirip dada yang terpanjang, panjang kepala,
lebar kepala, dan lebar pembukaan mulut ikan tersebut.
Pengukuran
yang dilakukan pada ikan cakalang (Katsuworis pelamis), diperoleh data
yaitu panjang total dari bagian depan mulut hingga bagian paling ujung ekor (TL):30
cm, bagian depan mulut hingga bagian belakang pangkal cabang ekor (FL): 26,5 cm, bagian
depan mulut hingga bagian depan pangkal cabang ekor (SL): 24,5 cm,
bagian depan mulut hingga bagian pangkal bagian depan sirip punggung belakang (PD2) :14.5
cm, bagian depan mulut hingga bagian
pangkal bagian depan sirip punggung depan (PD1):8,5
cm, bagian depan mulut hingga bagian
ujung celah insang bagian belakang (HL):
7,3 cm, bagian depan mulut hingga bagian
bagian celah insang depan (PG1):6,2 cm, bagian depan mulut hingga bagian
ujung bagiandepan mata (POB) : 2,5 cm, diukur mulai pangkal
belakang sirip punggung depan hingga pangkal bagian depan sirip punggung
belakang (IDS): 5,8 cm, pangkal belakang sirip punggung belakang
sampai pangkal depanbagianekor atas (DCS): 9 cm,
bagian terdepan moncong mulut sampai pangkal depan sirip perut bagian depan (PP1): 8 cm,
bagian terdepan moncong mulut sampai depan sirip perut bagian depan (PP2):16,7 cm,
bagian terdepan moncong mulut sampai depan sirip perut bagian belakang (SVL): 17,2 cm, (PCA):6,8 cm, depan sirip perut bagian belakang sampai bagian
paling ujung ekor (VCL):12 cm, pangkal sirip perut bagian depan
sampai pangkal depansirip perut bagian belakang(PPS):7,7
cm.
B.
Sistem pencernaan
Berdasarkan hasil pengamatan pada sistem pencernaan ikan
kembung, terlihat organ-organ pencernaan seperti mulut, rongga mulut, esopagus,
pylorus, lambung, usus dan anus. Mulut dan rongga mulut pada ikan merupakan tempat
pertama masuknya makanan sekaligus proses pencernaan makanan secara mekanik
kemudian makanan yang telah dicerna akan diteruskan ke esophagus dimana pada
esophagus ini memiliki lendir yang berguna untuk memperlancar jalannya makanan
menuju lambung. Makanan yang telah tiba di lambung, lambung merupakan segmen pencernaan
yang diameternya relatif besar, apabila lambung di bandingkan dengan segmen
lainnya. Besarnya ukuran lambung ini berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung
makanan dan tempat mencerna makanan kedua secara mekanik dan kimiawi. Makanan
yang telah dicerna di lambung kemudian akan disalurkan menuju kepilorus yang
terletak di depan usus, pilorus merupakan penebalan lapisan otot melingkar yang
mengakibatkan terjadinya penyempitan saluran pencernaan pada segmen ini berarti
segmen pilorus berfungsi sebagi pengatur pengeluaran makanan dari lambung ke
usus.
Dibelakang pilorus terdapat segmen yang memanjang dari saluran
pencernaan dan ukuran ikan sangat bervariasi tergantung dari kebiasaan makan masing-masing
ikan. Dalam usus ikan terdapat lapisan mukosa yang dilengkapi dengan
villi-villi usus yaitu beberapa tonjolan-tonjolan yang berguna untuk membantu
menghancurkan makanan yang tiba dalam usus.
Didalam usus merupakan tempat penyerapan zat sisa yang
masih dibutuhkan oleh tubuh dan sisa makanan yang tidak dibutuhkan lagi akan
dibuang keluar tubuh melalui anus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Horton
(1993), yang menyatakan bahwa sistem pencernaan makanan pada ikan dimulai dari
mulut dan berakhir di anus. Secara umum alat pencernaan makanan pada ikan
meliputi mulut, rongga mulut, esophagus, lambung, philorus, usus dan anus.
Serta organ pencernaan ini dalam mencerna makanan di
bantu oleh kelenjar pencernaan yaitu hati dan pangkreas. Fungsi pencernaan
makanan adalah untuk menghancurkan makanan menjadi zat yang terlarut sehingga makanan tersebut mudah diserap dan
kemudian digunakan dalam proses metabolisme. Proses pencernaan terjadi dalam
dua bentuk yaitu secara fisik (terutama dalam rongga mulut dan lambung) serta
secara kimia (terutama dalam lambung dan usus). Ukuran mulut ikan dapat
memberikan petunjuk terhadap kebiasaan makan, terutama bila dikaitkan dengan
ukuran dan tempat gigi berada.
Lambung pada ikan berfungsi sebagai penampung makanan
dimana di dalam lambung ini akan terjadi proses pencernaan secara kimiawi yaitu
dengan bantuan asam lambung dan penggiling makanan. Pilorus merupakan segmen
yang terletak antara lambung dan usus depan. Segmen ini sangat mencolok karena
ukurannya yang mengecil/menyempit. Segmen pilorus ini berfungsi sebagai
pengatur pengeluaran makanan (cyme) dari lambung ke segmen usus. Usus merupakan
segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Pada bagian depan usus terdapat
dua saluran yang masuk kedalamnya, yaitu saluran yang berasal dari kantung
empedu dan yang berasal dari pangkreas. Anus merupakan ujung dari saluran
pencernaan atau merupakan tempet keluarnya sisa makanan yang tidak dicerna lagi
oleh tubuh. Pada ikan bertulang sejati anus terletak di sebelah depan saluran
genital.
C.
Sistem pernapasan
Pernafasan
adalah proses pertukaran oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2)
antara organism dengan lingkungannya atau proses pengambilan oksigen dan
pelepasan karbon dioksida dalam suatu organisme. Alat pernafasan pada ikan cakalang
(Rajabnadia, 2009).
Bagaian-bagian pokok insang pada
ikan ada tiga yaitu meliputi daun insang/lamella (gill filament), tulang
lenkung insang (gill arch), dan tapis insang (gill racker). Filament insang/lamella
adalah bagian yang mengandung kapiler-kapiler darah dan berfungsi untuk
mengikat oksigen yang terlarut dalam air pada proses pernafasan. Tulang
lengkung insang mempunyai saluran yang memungkinkan darah dapat keluar dan
masuk dari insang, dan merupakan tempat melekatnya daun insang dan tapis insang.
Tapis insang terletak pada bagian yang terdepan, yang pada jenis ikan herbivora
pemakan plankton (plankton feeder) berfungsi sebagai penyaring makanan dan
relatif panjang dan rapat dibandingkan dengan jenis ikan karnivora. Sesuai
pendapat Rajabnadia (2009) bahwa insang ikan herbivora tapis insangnya dapat
digunakan untuk menyaring makanan (plankton feeder).
D.
Sistem Urat Daging
Berdasarkan hasil
pengamatan sistem urat daging pada ikan cakalang, terlihat urat daging yang nampak
ada yang berbentuk lingkaran yang menyerupai lingkaran tubuh ikan tersebut dan
ada juga yang menyerupai garis yang memanjang secara horizontal yang disebut
septum horizontal.
Pada potongan
melintang tubuh ikan tersebut nampak suatu susunan otot dalam daging ikan
tersebut, otot ikan yang menyerupai garis yang membatasi antara dua blok
disebut myoseptum sedangkan ruang antar blok urat daging ikan disebut myotome.
Otot pada tubuh ikan terbagimenjadi dua bagian yang pada bagian atas disebut
epaxial dan pada bagian bawah disebut hypaxial serta antara kedua bagian urat
daging tersebut dibatasi oleh garis yang memanjang secara horizontal yang
disebut horizontal steletogenus septum.
Secara keseluruhan
urat daging yang tampak pada tubuh ikan tersebut terdiri dari supracarinalis
yang terdapat pada tubuh ikan bagian atas (punggung), corpus vertebrata yang
merupakan tulang belakang yang terdapat pada bagian tengah tubuh ikan, cavum
abdominis yang merupakan rongga yang terdapat dibawah septum horizontal dab
bagian yang disebut infracarinalis merupakan urat daging yang terdapat pada
bagian bawah (ventral) tubuh ikan tersebut. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh
Buchar (1992), yang menyatakan bahwa urat daging pada ikan tampak merupakan
kesatuan, sebenarnya tersusun dari komponen-komponen penyusunnya, blok urat
daging disebut myoteme dan kumpulan dari myoteme disebut myosepta.
Myoseptum merupakan otot ikan yang menyerupai garis yang
membatasi antar blok antar blok. Dan myoteme merupakan ruang-ruang antar blok
urat daging. Urat daging pada tubuh ikan terbagi menjadi dua bagian yaitu urat
daging bagian atas yang disebut dengan epaxial dan urat daging bagian bawah
yang disebut hypaxial. Kedua bagian tersebut dipisahkan oleh “horizontal
skeletogeneus septum”. Urat daging (otot) pada tubuh ikan mempunyai peranan dan
fungsi yang sesuai dengan letak atau posisi dalam tubuhnya. Fungsi urat daging
adalah sebagai tempat melekatnya rangka, sebagai alat gerak aktif dan untuk
melindungi organ-organ tubuh bagian dalam.
E. Sistem
Urogenital
Berdasarkan hasil
pengamatan pada sistem urogenitalia pada ikan cakalang, setelah dilakukan
pembedahan di temukan adanya organ reproduksi seperti ovary (kandung telur),
saluran telur (oviduct), ureter, dan lubang genital betina (ovarium) yaitu berupa
organ yang terletak dirongga tubuh. Sistem urogenitalia merupakan kombinasi
dari sistem urinaria (ekskresi) dan sistem genitalia (reproduksi).
Sistem reproduksi
ikan yang kami teliti ialah ovari yang terdapat pada bagian atas rongga tubuh
dengan perantaraan mesovaria di bawah atau disamping gelembung gas. Telur
melawati oviduct menuju kloaka dan keluar melalui lubang genital. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Rudi (2007), yang menyatakan bahwa pada jenis ikan cakalang
betina pada umumnya mempunyai organ reproduksi yang terdiri atas ovarium dan
rongga ovarium atau oviduct yang dijadikan sebagai tempat untuk menyimpan
sel-sel telur sebelum di buahi.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
pengamatan dan pembahasan dapat di simpulkan sebagai berikut :
1. Pengukuran morfometrik merupakan
pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan
badan.
2.
Sistem
urat daging pada ikan cakalang meliputi: Vertebrae, Urat daging merah,
epaksial, hipaksial.
3.
Alat
pencernaan pada ikan cakalang terdiri dari mulut, rongga mulut, esophagus,
lambung, pilorus, usus dan anus.
4. Organ yang digunakan dalam sistem pernapasan
ikan cakalang ialah insang dengan bagian-bagiannya ialah tutup insang
(operculum), lamella/ filament insang, lengkung insang, dan tapis insang. Proses
pernafasan pada ikan merupakan proses pertukaran O2 dan CO2 antara
ikan dengan lingkungannya yang terjadi di dalam insang.
5.
Pada
sisitem urogenitalia, alat reproduksi ikan cakalang betina meliputi ovary
(kandung telur), saluran telur (oviduct), ureter, dan lubang genital betina
(ovarium).
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, A. Iqbal. 2008. Ikhtiologi
Ikan dan Aspek Kehidupannya. Yayasan Citra Emulsi. Makassar.
lkpp /Ikhtiologi.pdf), diakses 28 maret 2012.
anekaikhtiologi.html. Diakses 28 maret
2012.
Horton.
1993. Biologi
Ikan edisi II. Tira
pustaka. Jakarta.
Subarno,
T., 2009. Laporan Praktikum
Ichtyology. (online), (http://gianmsp.
blogspot.com/2009/11/laporan-praktikum.html), diakses
27 maret 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar